Selasa, 12 Mei 2009

KARANGANYAR RANCAH : TAUSIAH

Qana’ah

Qana’ah berasal dari akar kata qani’a-yaqna’ berarti merasa puas apa yang ada, rela menerima jatah kenyataan yang datang dari Allah SWT, apapun adanya kenyataan itu. Para ahli hakekat memahami qana’ah sebagai sikap tenang didalam menghadapi hilangnya sesuatu yang biasa ada. Dikatakan juga merasa cukup dengan yang sedikit. Ada juga yang mengatakan merasa kaya dengan yang ada. Lawan dari qana’ah ialah rakus. Rakus ialah orang-orang yang tidak pernah merasa puas, sebanyak apapun harta yang dimilikinya. Hanya penampilan wujudnya yang kelihatan mewah tetapi di dalam hati dan pikirannya betul-betul sangat miskin.
Ikrimah dan beberapa ulama tafsir didalam memahami QS An Nahl/16:97: ”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”. Yang dimaksud ’kehidupan yang baik’ dalam ayat ini adalah qana’ah. Demikian juga dalam QS al Hajj/22:58: ”Benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik”. Rezki yang baik dimaksudkan dalam ayat ini adalah qana’ah. Dalam QS. Al Ahzab/33:33 ”Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Maksudnya al rijs ialah kekikiran dan kerakusan. Dan kalimat ’wa yuthahhirakum that-hiran’ (membersihkan kamu sebersih-bersihnya) dimaksudkan ialah dengan cara dermawan dan Qana’ah. Ada juga yang berpendapat, maksudnya dengan dermawan dan lemah lembut. Demikian pula dalam QS Shad/38:35: ”Ia berkata: ”Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugrahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapunsesudahku”. Kerajaan yang dimaksud dalam ayat ini ialah sikap qana’ah yang sempurna. Juga dalam QS Al Naml/27:21: ”Sesungguhnya aku benar-benar mengazabnya dengan azab yang keras”. Maksudnya, bagi mereka yang bermohon kepada Allah agar sikap qana’ahnya hilang dan justru sikap rakusnya yang muncul. QS Al Infithar/82:13: ”Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan”. Maksudnya orang-orang bersikap qana’ah di dunia. Dan ayat selanjutnya ”Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”. Maksudnya orang-orang yang rakus di dunia.
Nabi SAW bersabda: ”Qana’ah merupakan perbendaharaan yang tak pernah akan habis”. Dalam hadis lainnya, beliau bersabda: ”Ridhailah apa yang diberikan Allah kepadamu, niscaya kamu akan menjadi manusia paling kaya”. Dalam kitab zabur, disebutkan, bahwa orang yang qana’ah adalah orang yang kaya walaupun ia dalam keadaan kelaparan. Sebagian ahli hikmah berkata: ”Barang siapa yang tebal qana’ahnya, maka setiap bulu yang ada tubuhnya akan merasakan kebahagiaan. Orang-orang yang qana’ah akan merasa tenang dari kesibukan dan berjaya atas segala sesuatu, Jadi qana’ah tidak mesti harus menjauhkan diri dari kesibukan. Ada ahli hakikat mengatakan, barangsiapa yang mengarahkan pandangannya kepada apa yang ada pada orang lain, maka ia akan memperpanjang kesedihanya. Orang yang qana’ah memiliki persepsi yang positif terhadap segala sesuatu, sungguhpun itu terkadang merugikan dirinya sendiri. Ia selalu sadar bahwa kekayaan yang paling sejati ialah kepuasan bathin (al-gina gina al-nafs). Orang yang memiliki banyak kekayaan harta tidak otomatis merasakan bahagia. Justru orang yang qana’ah-lah yang akan merasakan kekayaan hakiki itu. Wallahu A’lam. (Nasaruddin Umar, Guru Besar UIN Jakarta)
Dikutip dari harian Pelita, edisi 18 April 2009



Kaya Hati

”Barang siapa memudahkan kesukaran seseorang, Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR.Muslim).
Tidak mudah merasakan bagaimana sesungguhnya hidup susah, kecuali oleh orang-orang yang sedang mengalami kesusahan hidup. Seperti halnya perasaan saudara-saudara kita yang sedang hidup di tenda-tenda sementara, yang kemudahannya serba kekurangan. Dengan demikian, hanya orang-orang tertentu yang mampu merasakan perasaan susahnya orang lain, terutama orang-orang yang tergolong sebagai kaya hati.
Dalam suatu hadist, Rasulullah SAW mengatakan bahwa kekayaan yang sesungguhnya ialah kaya hati. Orang yang kaya hati, meskipun tidak kaya harta, akan tetap berusaha untuk menunjukkan keprihatinannya terhadap orang lain. Sebaliknya, orang yang kaya harta, namun tidak kaya hati, tidak akan mudah prihatin terhadap nasib orang lain, terutama orang-orang yang hidup dalam kesusahan.
Sebagaimana dikatakan dalam hadits di atas, orang yang kaya hati sehingga mau membantu meringankan beban orang susah akan mendapatkan sekurang-kurangnya dua kemudahan. Pertama, kemudahan hidup selama di dunia. Ada saja pertolongan yang diperolehnya, meskipun bukan melalui orang yang pernah dibantunya. Allah mengirim bantuan melalui tangan hamba-hambanya yang lain. Kedua, pahala yang akan membantuya sewaktu ditimbang amalnya di hari akhirat kelak.
Berdoa kepada Allah supaya kita dimasukkan ke dalam golongan yang kaya hatinya. Jangan sampai kita menjadi orang yang mati sebelum dimatikan oleh Allah SWT yaitu orang yang mati hatinya.

Mutiara Hati

”Siapa yang melihat akhir suatu perkara di awal langkanya, dengan mata hatinya, kelak akan beroleh hasil yang sangat baik dari perbuatannya dan akan selamat dari akibat buruknya”


”Barangsiapa yang tidak waspada dan hanya menuruti perasaannya, ia akan menderita akibat perbuatannya dan tak akan mencapai kebahagiaan, ia tak akan pernah tentram dalam menjalani hidupnya”

Dikutip dari Mutiara Amaly

1 komentar:

  1. teraskeun dakwah di dunia maya, serasa hiudp menjadi tentram..

    BalasHapus